Kehidupan kita sehari-hari itu mulai dari jam lima (sore) ke atas
sampai pagi gelap gulita. Pokoknya sekitar jam 5 atau jam 6 kita sudah tidur
semua, karena kita tidak bisa jalan dalam kegelapan dan kita beraktivitas hanya
siang hari saja. (Paulus Yafok, warga desa Ampas, Papua)
Termasuk saya (Yohanis Yafok) sendiri juga ingin “harus ada
terang”. Akhirnya saya pulang ke (desa) Ampas dan berfikir jalan keluarnya “bagaimana
bisa mendapatkan listrik?”. Ada yang bilang, “ datang saja ke kantornya di
kabupaten”. Kemudian, saya ke sana dan menanyakan, “bisa? (bisakah desa kami
mendapatkan listrik)?” di jawab “pengajuannya dari bapak saja, yang penting ada
tempat untuk di bangun. Jika bapak bersedia, (peralatan) kita bantu”. Setelah itu
saya menyurat (mengajukan proposal). (Yohanis Yafok, Kepala Desa Ampas, Papua)
Mungkin dari orang tua kita dulu (dari nenek moyang), kita
tidak pakai lampu melainkan pakai pelita. Itupun kalau ada BBM. Kalau tanpa BBM,
kita tetap gelap. “Dengan pelita, kita belajar, mata: pedih, sakit, kena asap
mata menjadi merah” ucap Desi dan Lala (anak-anak warga desa Ampas Papua)
Kalau kita pakai pelita, satu liter itu habis Rp 15.000. Seliter
itu bisa kita pakai sampai satu minggu, kalau dua pelita bisa habis 3 hari
saja. Kalau dihitung dalam satu bulan, Rp 15.000 dikalikan berapa banyak kita menghabiskannya,
berapa (dalam satu bulan). Biasanya bisa habis sekitar Rp 200.000 dalam satu
bulan. (Paulus Yafok, warga desa Ampas, Papua)
Akhirnya tidak sia-sia juga, akhirnya petugasnya dikirim dari
pusat mau dibangun barang ini (lampu dan peralatan kelistrikannya). Tidak sia-sia
lagi, datang langsung tempatnya yang sudah saya kasih. Di bangun selama satu
tahun. Setelah itu baru diuji coba di 84 KK (kepala keluarga). Semua di pasang
meteran listrik. Waktu dinyalakan, Luar Biasa!!! (Yohanis Yafok, Kepala Desa
Ampas, Papua)
Saya (Feri) jadi operator, mulai lampunya dibangun, saya
dipekerjakan langsung. “Lampu jalan dan lampu rumah saya yang pasang sampai
selesai” ucap Feri. Saya disuruh bertanggung jawab, selama lampu ini berjalan
sampai sekarang. Pembangkit listrik ini di jaga oleh masyarakat. Seperti pembersihan
dibantu oleh masyarakat juga, tidak pernah saya sendiri, dibantu bersihkan
dalam shelter semuanya. Saya di gaji dari iuran warga, saya tahunya membantu
masyarakat. (Feri, pemuda desa Ampas, Papua)
Kita sudah pakai lampu kita sudah senang, karena menyangkut
dalam kita bekerja. Kalau sebagai petani pun pulang dari lahan segala macam,
ada mau mandi dan mau apa saja kalau sudah ada penerangan itu enak. Sekarang anak-anak
sudah senang, senang dalam artian mereka bisa belajar. Mulai jam 5-6 mereka
senang ambil buku, untuk belajar. Kalau dulu-dulu belum ada lampu itu mereka
paling mau tidur. Kalau sekarang justru mereka bisa duduk pegang buku, jam 9
sudah istirahat. (Paulus Yafok, warga desa Ampas Papua)
Selama puluhan tahun yang lampau kami gelap gulita, tapi
setelah dipasang listrik ke mari, dinyalakan, luar biasa. Hari ini menyala,
menyala luar biasa. Jadi saya bersyukur dan berterimakasih kepada bapak Menteri
dan Bapak Presiden (Jokowi), terimakasih luar biasa sudah dibangun lampu di kampung
saya di desa Ampas, Papua. (Yohanis Yafok, Kepala Desa Ampas, Papua)
0 comments: