Pengecatan Kuman


Download : KLIK KIRI

HALAMAN PENGESAHAN

1.    Nama Pengujian/Analisis/Materi :  Pengecatan Kuman
2.    Penyusun                                    :
Nama: DEBY KURNIADI              NIM: 25010111140277
3.    Lokasi Kegiatan                           :  Laboratorium Terpadu FKM Undip















Semarang, 31 Mei 2012
Mengetahui,                                                          
PJMK/Dosen Praktikum                                      Asisten Praktikum




   Woeryanto, M.Si                                                  Fitriana Putri U.
    NIP 130606878                                                   NIM E2A009110

                                                 DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan......................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................. 2
Daftar Gambar.................................................................................................... 3
Daftar Lampiran................................................................................................... 4
Prakata................................................................................................................ 5
Pendahuluan
a.    Tujuan Praktikum.............................................................................. 6
b.    Manfaat Praktikum............................................................................ 6
Dasar Teori.......................................................................................................... 7
Metode Praktikum
a.    Alat dan Bahan.................................................................................. 17
b.    Cara Kerja dan Skema Kerja............................................................ 18
Hasil dan Pembahasan........................................................................................ 24
Penutup
a.    Kesimpulan........................................................................................ 29
b.    Saran ................................................................................................ 29
Daftar Pustaka..................................................................................................... 30
Lampiran ............................................................................................................. 31

DAFTAR GAMBAR


Gambar                                                                                                           Hal
I Bakteri tahan asam, 100x10......................................................................11
II Aspergillus Fumigatus..............................................................................    12
III Aspergilus Niger......................................................................................    13
IV Rizhopus.................................................................................................    14
V Streptococcus..........................................................................................   16

DAFTAR LAMPIRAN






PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi tentang Pengecatan Kuman tepat pada waktunya.
Saya juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Khususnya kepada dosen praktikum Bapak Woeryanto, M.Si yang telah membimbing saya dalam laporan ini serta kakak-kakak asisten. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Mikrobiologi.
Laporan ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan praktikum ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan laporan praktikum ini dari awal sampai akhir.





                                                                Semarang,   30 Mei 2012





Praktikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    TUJUAN PRAKTIKUM
1.    Mengetahui cara pengecatan kuman dengan cara pengecatan gram
2.    Mengetahui cara pengecatan kuman dengan cara pengecatan ZN (Zielh Neelson)
3.    Mengetahui cara pengecatan kuman dengan cara pengecatan LPCB

B.    MANFAAT PRAKTIKUM
1.    Mahasiswa mengetahui bagaimana cara melakukan pengecatan dengan benar pada kuman menggunakan beberapa metode pengecatan seperti pengecatan gram, ZN (Zielh Neelson), dan LPCB
2.    Mahasiswa mampu melakukan pengecatan kuman dengan metode penegcatan gram, Zielh Neelson, dan LPCB

BAB II
DASAR TEORI

A.     Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram, (dinamakan berdasarkan penemunya, Christian Gram, 1853-1938), adalah teknik pewarnaan differensial yang paling banyak digunakan dalam bakteriologi. Pewarnaan ini memisahkan bakteri menjadi dua kelompok, yaitu gram positif dan gram negatif. Larutan yang digunakan dalam pewarnaan ini ada 4, yaitu Gram A, Gram B, Gram C dan Gram D. Langkah pertama pewarnaan ini adalah menggunakan  larutan Gram A, berupa cat kristal violet (Hucker’s violet) yang member warna ungu pada sel bakteri. Setelah itu, preparat ditetesi dengan larutan Gram B berupa iodine (Lugul Iodine) yang berfungsi sebagai penguat warna cat sebelumnya. Iodin akan meningkatkan interaksi antara dinding sel bakteri dan pewarna gram A.

Selanjutnya preparat akan ditetesi dengan larutan Gram C berupa zat peluntur seperti aseton atau alkohol. Karena perbedaan struktur dinding sel, yaitu ketebalan peptidoglikannya, bakteri gram positif yang memiliki dinding peptidoglikan tebal tidak akan luntur warnanya, sementara bakteri gram positif yang dinding peptidoglikannya tipis, akan luntur warnanya. Selanjutnya, preparat akan diberi larutan Gram D berupa pewarna pembanding yang kontras dengan pewarna utama. Safranin adalah pewarna pembanding yang paling umum digunakan. Safranin akan mewarnai bakteri gram negatif yang tak berwarna, tapi tidak akan mengubah warna bakteri gram positif. Hasil akhirnya adalah bakteri gram positif akan berwarna ungu gelap, sementara bakteri gram negatif akan berwarna dadu atau merah. (Harley dan Presscot, 2002)

Bakteri gram positif adalah jenis bakteri dengan dinding peptidoglikan yang tebal, sementara bakteri gram negatif adalah jenis bakteri dengan dinding peptidoglikan yang tipis (seperlima dari bakteri gram positif). Perbedaan ketebalan dinding ini mengakibatkan perbedaan kemampuan afinitas dengan pewarna gram. Dinding peptidoglikan memiliki afinitas yang kuat dengan cat gram, sehingga bakteri dengan dinding peptidoglikan tebal akan mengikat cat gram dengan kuat, sehingga disebut bakteri gram positif. Sebaliknya, dinding peptidoglikan tipis pada bakteri gram negatif tidak memiliki afinitas yang tinggi dengan cat gram, sehingga disebut bakteri gram negatif. Hasil pewarnaan gram adalah bakteri gram positif akan berwarna ungu gelap, sementara bakteri gram negatif akan berwarna dadu atau merah. (Purves dan Sadava,  2003)


1.    Kelebihan dan Kekurangan Pengecatan Gram
a.      Kelebihan :
1)  Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik).  Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika.
2)  Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore.

b.      Kekurangan :
Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml.  Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut.  Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis. (Strohl, 2001)

B.     Pewarnaan Ziehl Nelseen

pewarnaan Zielh-Neelsen (ZN) dikembangkan oleh Franz Zield dan Friedrich Neelsen pada tahun 1800. Pewarnaan ini menggunakan pewarna utama karbol fuksin yang memungkinkan bakteri tahan asam terlihat berwarna merah, sementara jenis lain akan tampak sesuai pewarna pembanding. (Harley dan Presscot, 2002)

Pewarnaan Ziehl-Neelsen menggunakan 3 jenis larutan, yaitu ZN A, ZN B, dan ZN C. Larutan ZN A merupakan cat utama yang berupa karbol fuksin, memberikan warna merah kepada sel bakteri. Larutan ZN B adalah peluntur yang berupa etanol, yang melunturkan warna merah pada bakteri tidak tahan asam, sementara warna merah pada bakteri tahan asam tidak luntur. Larutan ZN C merupakan pewarna pembanding berupa methylen blue, sehingga bakteri tidak tahan asam yang tadi warnanya luntur memiliki kekontrasan dengan bakteri tahan asam. Hasil akhirnya adalah bakteri tahan asam tampak berwarna merah, sementara bakteri tidak tahan asam berwarna biru. (Harley dan Presscot, 2002)

Staphylococcus aureus merupakan bakteri pathogen bagi manusia dan hewan. Bakteri ini memiliki kandungan asam teichoat yang tinggi pada membrannya, sehingga tergolong bakteri tahan asam. Asam teichoat ini memiliki sifat yang sama dengan asam mycolat, yaitu tidak memiliki afinitas dengan pewarna yang bersifat asam atau berbasis alkohol. Oleh karena itu, dengan metode Ziehl-Neelsen, S. aureus tampak berwarna merah. Dari hasil pengamatan, bakteri ini tampak berbentuk bulat dan dan seringkali membentuk kumpulan koloni kecil yang berbentuk anggur. (Harley dan Presscot, 2002)

C.     Pengecatan LPCB

Kebanyakan jamur dan bakteri dapat diamati dengan mikroskop di dalam setetes kecil air di bawah kaca penutup. Asam laktat dapat digunakan sebagai medium penempel (mounting) untuk jamur. Seringkali perlu mewarnai jamur yang memiliki struktur hialin. Dua pewarna penting untuk jamur yang berstruktur hialin ialah biru katun (cotton blue) dan lakto-fuksin (lacto fuchsin).
1.      Lacto Fuchsin
Lacto fuchsin merupakan teknik yang digunakan untuk pengecatan  jamur dengan adanya hifa untuk pemeriksaan mikroskopik. Keuntungan yang didapatkan dari teknik pengecatan  ini adalah dapat mengamati secara teliti struktur dari fungi dengan mempertahankan struktur dan susunan hifanya.
Pemeriksaan hifa dibawah mikroskop, kondisi pengecatan  basah memiliki hasil yang lebih baik. Hal ini dapat digunakan Lacto fuchcin, yang apabila positif akan menghasilkan warna merah.
Kerugiannya dari penggunaan lacto fuchsin ini yaitu harga larutannya lebih mahal jika dibandingkan dengan LPCB, selain itu hanya beberapa tetes saja yang bisa digunakan untuk satu percobaan. Dan juga, lacto fuchsin juga bersifat racun. (Fried,1999).
2.      Lactophenol Cotton Blue
Digunakan untuk pengecatan  dan Identifikasi Mikroskopis dari jamur. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat larutan Lactophenol Cotton Blue, yaitu:
a.   Cotton Blue ( aniline Blue ) 0,05 gr
b.   Phenol Crystal ( C6 H504 ) 20 gr
c.   Glycerol 40 ml
d.   Lactic acid ( CH3CHOHCOOH ) 20 ml
e.   Distilled water 20 ml
Persiapan pengecatan  dilakukan dalam dua hari, yaitu:
a.   Pada hari pertama, larutkan cotton blue pada distilled water. biarkan semalam, untuk memisahkan pewarna yang tak larut.
b.   Pada hari kedua, dengan menggunakan sarung tangan, tambahkan phenol crystal ke lactic acid dalam sebuah beaker glass. Aduk dengan magnetic stirrer sampai phenol larut.
c.   Tambahkan glycerol
d.   Saring larutan cotton blue dan distilled water dan tambahkan pada lautan kedua (phenol, lactic acid dan Glycerol), aduk dan simpan pada suhu kamar. (Fried,1999).




Mikroba hasil pengamatan
I.   Bakteri tahan asam                                                    
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0F8E5SkB2zm-A1EBawdnHaIjDP48SLa-1LIoRbaIZIK3YUaTgSAbrcb62v-s4udve7_k_WhHmWECqjgCPHgbExFRGuQdQXlDPllcQuovslI8HbLzG0EDcnJIO6YM5NhqFG5YrN-vKwf0/s320/Picture+326.jpg
Gambar I Bakteri tahan asam, 100x10

Bakteri yang memiliki ciri-ciri berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel disebut bakteri tahan asam (BTA). Bakteri ini ada 41 spesies yang telah diakui oleh ICSB (International Committee on Systematic Bacteriology) yang sebagaian besar sudah saprofit dan sebagaian kecil lainnya patogen untuk manusia diantaranya Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leparae dan lain-lainnya yang dapat menyebabkan infeksi kronik. Golongan saprofit dikenal juga dengan nama atipik (Syahrurachman, 1994).
Bakteri ini membutuhkan bahan tambahan makanan seperti darah egg yolk, serum dan sel yang tebal yang terdiri dari asam lemak mivolet untuk pertumbuhannya. Mycobacterium tuberculose merupakan bakteri gram positif (+), batang sedikit bengkok, panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat  2 - 8 minggu, suhu optimal 37 - 38ºC. Mycobacterium tahan terhadap asam dan alkali dibanding dengan kuman lain sehingga apabila bahan spesimen mengandung kuman lain dapat dibunuh dengan mudah sehingga spesimen menjadi lebih murni (Staff pengajar FKUI, 1994). Mycobacterium tuberculose terdapat pada manusia yang mengidap penyakit TBC dan penularannya terjadi melalui jalan pernafasan, tetapi spesies Mycobacterium bovis biasanya terdapat pada lembu dan dapat ditemukan pula pada manusia di usus (Syahrurachman, 1994). Kuman-kuman yang tahan asam ialah:
a.    Mycobacterium tuberculose ( bakteri tbc).
b.    Mycrobacterium leprae (basil Hansen).
c.    Golongan saprophyt (apathogen).

II.  Aspergilus fumigatus
Taxonomy
Superkingdom             : Eukaryota
Kingdom                      : Fungi
Phylum                        : Ascomycota
Subphylum                  : Pezizomycotina
Class                           : Eurotiomycetes
Order                           : Eurotiales
Family                                     : Trichocomaceae
Genus                          : Aspergillus
Species                       : Aspergillus fumigatus
Description: http://www.pfdb.net/photo/mirhendi_h/box020909/standard/a_fumigatus_s.jpg
Gambar II Aspergillus Fumigatus
            Gambaran mikroskopik dari Aspergillus fumigatus memiliki tangkai – tangkai panjang (conidiophores) yang mendukung kepalan ya yang besar (vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. A. fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37°C  (sama dengan temperatur tubuh). Pada rumput kering Aspergillus fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 50ºC. Aspergillus fumigatus adalah jamur yang ditemukan dimana – mana pada tanamanyang membusuk. Jamur ini dapat berkelompok kemudian memasuki jaringan korneayang mengalami trauma atau luka bakar, luka lain, atau telinga luar (oktitis eksterna).

III. Aspergillus Niger
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/74/Aspergillus_niger_01.jpg
Gambar III Aspergilus Niger

Taksonomi. A. niger termasuk dalam Aspergillus subgenus Circumdati, bagian Nigri termasuk jenis 15 spora hitam.
Domain            : Eukaryota
Kingdom          : Fungi
Phylum            : Ascomycota
Subphylum      : Pezizomycotina
Class               : Eurotiomycetes
Order               : Eurotiales
Family             : Trichocomaceae
Genus              : Aspergillus
Species           : A. niger
Spesies ini kosmopolit didaerah tropis dan subtropics, dan mudah diisolasi dari tanah, udara,air, rempah-rempah, kapas, buah-buahan, gandum, beras, jagung, tebu, ketimun, kopi, teh, coklat serta serasah dedaunan. Catatan: spesies ini sukar dibedakan dari Aspergillus phoenicis dan A. awamori; biasanya dibedakan dari ciri konodianya dengan menggunakan teknik biologi molecular.
Aspergillus niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel dan mobilitas sel. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam
Aspergillus niger penting pada produksi asam sitrat yang banyak digunakan pada berbagai makanan dan minuman ataupun sebagai pengawet dan peningkat citarasa. Asam sitrat harus dimurnikan dari substrat fermentasi sehingga keterlibatan jamur tidak lagi nampak. A. niger juga dapat mengkontaminasi makananmisalnya pada roti tawar, pada jagung yang disimpan dan sebagainya. Banyak enzymes berguna diproduksi oleh industri fermentasi dari A. niger. Misalnya, A. niger glucoamylase digunakan dalam produksi fructose corn syrup, dan pectinases digunakan dalam minuman buah-buahan dan anggur. α-galactosidase, sebuah enzim yang merinci tertentu sugars kompleks, merupakan komponen dari produsen obat yang mengklaim dapat menurunkan perut kembung.

IV. Rizhopus
Description: http://filebox.vt.edu/users/chagedor/biol_4684/Microbes/Rhizopus-2.jpeg
Gambar IV Rizhopus
Sumber : filebox.vt.edu
Rhizopus adalah genus jamur saprobic umum pada tanaman dan parasit khusus pada hewan. Mereka ditemukan pada berbagai macam substrat organik, termasuk "buah-buahan dan sayuran matang", kotoran, jeli, sirup, kulit, roti, kacang tanah dan tembakau. Beberapa spesies Rhizopus adalah agen oportunistik zygomycosis manusia (infeksi jamur) dan dapat berakibat fatal. Peranan rhizopus adalah antara lain Rhizopus oryzae untuk membuat tempe dan Mucor javanicus terdapat dalam ragi tape
Berdasarkan struktur tubuh dan reproduksinya rhizopus termasuk fungipada devisi Zygomycota Rhizopus mempunyai tiga tipe hifa, yaitu : a. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat (misalnyaroti) ; b. rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untukmenyerap makanan ; c. sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki sporangium globuler di ujungnya.
Cara reproduksi Rhizopus bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium, sedangkan reproduksi seksualnya dengan konjugasi. Para sporangiospores aseksual diproduksi di dalam struktur kepala peniti-seperti, sporangium, dan secara genetik identik dengan induknya. Dalam Rhizopus, sporangia didukung oleh columella apophysate besar, dan sporangiophores timbul antara rhizoids khas. Zygospores gelap diproduksi setelah dua sekering miselia yang kompatibel saat koloni reproduksi seksual menghasilkan yang mungkin berbeda secara genetik dari induknya. Dalam Rhizopus, sporangia didukung oleh columella apophysate besar, dan sporangiophores timbul antara rhizoids khas. Zygospores gelap diproduksi setelah dua sekering miselia yang kompatibel saat koloni reproduksi seksual menghasilkan yang mungkin berbeda secara genetik dari induknya.

V.  STREPTOCOCCUS
Streptococcus merupakan bakteri gram-positif berbentuk bulat, yang mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya.bakteri tersebar di alam. Beberapa diantaranya merupakan anggota flora normal pada manusia sedangkan streptococcus yang lain berhubungan dengan penyakit pada manusia dapat berupa infeksi oleh streptococcus dan sebagian yang lain dapat menimbulkan sensitisasi akibat kuman tersebut. Streptococcus memiliki berbagai macam kandungan bahan ekstraseluler dan enzim.
Streptococcus adalah pathogen penting karena banyak infeksi hebat yang disebabkannya dan karena komplikasi yang mungkin terjadi setelah sembuh dari infeksi akut itu. Komplikasi yang terjadi setelah infeksi Streptococccus meliputi demam reumatik dan glomeruloneritis akut. Bakteri yang diklasifikasikan dalam marga Streptococccus terbagi menurut ciri-ciri, morfologi, dan boikimia tertentu. Sifat organisme ini sangat khas ialah penampilannya. Organisme ini lebih kurang berbentuk bulat yang tumbuh sebagai rantai. Organisme ini membelah hanya dengan satu arah, tetapi belahan itu bukannya menjadi masing-masing kokus melainkan masih mempunyai kecenderungan untuk tetap bersama dan membentuk rantai kokus. Panjangnya rantai yang mungkin dapat dilihat ketika mewarnai organisme sampai batas tertentu ini bergantung kepada apakah organisme itu ditumbuhkan pada media padat atau cair dan bagaimana kira-kira organisme itu ditangani dalam proses pembuatan olesan. Rantai terpanjang pada preparat basah biakan cair. Streptococccus adalah semua gram-positif (Volk dan Wheeler, 1990).
Klasifikasi Streptococccus menurut Bergey dalam Capuccino (1998) adalah:
Kingdom            : Monera
Division              : Firmicutes
Class                  : Bacilli
Order                 : Lactobacilalles
Famili                 : Streptococcaceae
Genus                : Streptococcus
Description: D:\tugas kuliah\semester 2\mikrobiologi\gambar praktikum 1\Streptococcus.JPG
Strpetococcus
(Prasko.2011.Bakteri Streptococcus mutan.
online(http://www.prasko.com/2011/08/bakteri-streptococcus-mutans.html, diakses tanggal 15 Mei 2012, jam 16.50 WIB)).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Alat dan Bahan

1.    Alat            :          a. Mikroskop cahaya
b. Obyek glass dan diks glass
c. Osse
d. Lampu spirtus dan Korek
e. Alat tulis (pensil)

2.    Bahan        :           a. Material pengecatan:
·         Material suspensi kuman (campuran beberapa kuman)
·         Material sputum/ries serum
·         Material dari pertumbuhan jamur
b. Bahan-bahan reagen pewarnaan:
·         Pengecatan gram:
·         Gram A (carbol gentian violet)
·         Gram B (lugol)
·         Gram C (alcohol 96%)
·         Gram D (air fuchsin/safranin)
·         Pengecatan ziehl nelson:
·         Zn A (carbol fuchsin)
·         Zn B (alcohol asam)
·         Zn C (methilen blue)
·         Pengecatan LPCB:
·         Cairan Lactophenol cotton Blue (LPCB)
c. Air/aquades
d. Minyak immersi
e. Tissu
f.  Kapas
g. Kertas gambar

B.    SKEMA KERJA

1.    Pengecatan gram
1.1.  Cara Kerja :
a.    Osse dipanaskan sampai memerah dan ditunggu sebentar
b.    Bakteri diambil sebanyak 10 titik mata osse dan diletakkan di objek glass
c.    Preparat bakteri difiksasi (diratakan dan dibakar di atas api)
d.    Preparat bakteri diberi gram A dan ditunggu selama 1 menit
e.    Preparat bakteri diberi gram B dan ditunggu selama 1 menit
f.     Preparat bakteri diberi gram C kemudian dicuci dengan air
g.    Preparat bakteri diberi gram D dan ditunggu selama 1 menit kemudian cuci dengan air
h.    Preparat bakteri dikeringkan dengan tissue
i.      Preparat bakteri diberi minyak imersi
j.      Preparat diamati dengan mikroskop pembesaran 100x10

















1.2.  Skema Kerja :







2.    Pengecatan Ziehl Neelson
2.1.     Cara Kerja :
a.    Osee dipanaskan sampai memerah dan ditunggu sebentar
b.    Sputum diambil 10 titik mata osse kemudian diletakkan di objek glass
c.    Preparat sputum difiksasi (diratakan dan dibakar di atas api sampai mengering)
d.    Preparat sputum diberi ZNA kemudian ditunggu selama 1 menit
e.    Preparat sputum diberi ZNB dan dipanaskan sampai menguap
f.     Preparat sputum dicuci dengan alkohol asam
g.    Preparat sputum dicuci dengan air
h.    Preparat sputum diberi ZNC kemudian ditunggu 1 menit
i.      Preparat sputum dicuci dengan air
j.      Preparat sputum dikeringkan dengan tissue
k.    Preparat sputum diamati di mikroskop dengan pembesaran 100x10



















2.2.        Skema Kerja :







3.    Pengecatan LPCB
3.1.     Cara Kerja :
a.    Osse dipanaskan sampai memerah dan ditunggu beberapa saat
b.    Jamur diambil sebanyak 1 titik mata osse kemudian diletakkan di objek glass
c.    Preparat jamur difiksasi (diratakan dan dibakar di atas api sampai mengering)
d.    Preparat jamur diteteskan 2-3 tetes cairan LPCB
e.    Preparat jamur ditutup dengan dek glass
f.     Preparat jamur diamati dengan mikroskop pembesaran 10x40
























3.2.        Skema Kerja :



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL PENGAMATAN
No.
Material
Nama pengecatan
Gambar kuman
Morfologi kuman
1.
Suspensi kuman (campuran beberapa kuman)
Pengecatan gram
Staphylococcus
1.    Bentuk bulat rantai
2.    Susunan berkoloni
3.    Warna merah muda
4.    Perbesaran 100x10
2.
Sputum
Pengecatan Ziehl Neelson
Bakteri Tahan Asam
1.    Bentuk batang
2.    Susunan berkoloni
3.    Warna  merah kecil
4.    Perbesaran 100x10
3.
Pertumbuhan jamur
Pengecatan LPCB
Rhizopus
1.    Bentuk talus
2.    Susunan berkoloni
3.    Warna biru
4.    Perbesaran 100x10
4.
Pertumbuhan jamur
Pengecatan LPCB
Aspergillus Niger
1.    Bentuk talus
2.    Susunan berkoloni
3.    Warna biru
4.    Perbesaran 40x10
5.
Pertumbuhan jamur
Pengecatan LPCB
Aspergillus fumigatus
1.    Bentuk konidia seperti rantai, terlepas atau menyebar
2.    Susunan berkoloni
3.    Warna coklat
4.    Perbesaran 40x10


B.    PEMBAHASAN

Metode yang digunakan dalam praktikum pengecatan kuman ada tiga, yaitu : metode pengecatan Gram, metode pengecatan LPCB, dan metode pengecatan Ziehl Nelseen.

a.    Metode pengecatan Gram
Metode ini menggunakan empat cat yaitu carbol gentian violet (gram A), lugol (gram B), alkohol 96% (gram C), dan air fuchsin (gram D). Setelah melakukan pengecatan dan diamati dengan menggunakan mikroskop, didapatkan kuman berbentuk bulat bergerombol, bulat berantai, dan batang koma. Dari pengacatan gram ini dapat diketahui bahwa kuman tersebut  termasuk bakteri gram positif karena berwarna ungu dengan warna dasar merah. Dengan metode pengecatan gram juga diketahui bawa kuman ini termasuk dalam bakteri gram positif karena berwarna ungu dengan dasar merah.
Bakteri yang ditemukan adalah Streptococcus. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Struktur sel streptokokus terdiri dari kapsul asam hialuronidat, dinding sel, fimbriae, dan membrane sitoplasma. Kapsul asam hialuronat diperlukan untuk resistensi terhadap pagositosis dan perlekatan bakteri pada sel epitel. Dinding sel mengandung protein spesifik terdiri dari kelas mayor yaitu protein M dan proteinTserta kelas minor yaitu protein F, protein R, dan M-like protein.

b.    Metode pengecatan Ziehl Nelseen
Metode ini menggunakan tiga cat yaitu carbol fuchsin (ZN A), alkohol asam (ZN B), dan methilen biru (ZN C). Material yang digunakan berasal dari dahak, setelah dicat kemudian preparat diamati dengan mikroskop ternyata didapatkan Bakteri dari preparat tersebut.
Bakteri yang ditemukan adalah Bakteri Tahan Asam. Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang mampu mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna sesuai warna kontras.
Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam.

c.    Metode pengecatan LPCB
Metode pengecatan LPCB mengunakan cat LPCB (Lactopenol cotton blue). Material yang digunakan adalah kultur jamur Setelah pengecatan selesai dilakukan, preparat diamati dengan menggunakan mikroskop dan didapatkan jamur berbentuk bulat bertangkai, berwarna hijau dengan warna dasar biru.
Jamur yang ditemukan adalah Aspergillus dan rizopus. Rhizopus mereproduksi dengan metode vegetatif, aseksual dan seksual oleh spora. Para sporangiospores aseksual diproduksi di dalam struktur kepala peniti-seperti, sporangium, dan secara genetik identik dengan induknya. Dalam Rhizopus, sporangia didukung oleh columella apophysate besar, dan sporangiophores timbul antara rhizoids khas. Zygospores gelap diproduksi setelah dua sekering miselia yang kompatibel saat koloni reproduksi seksual menghasilkan yang mungkin berbeda secara genetik dari orang tua mereka.
Spesies Aspergillus sangat aerobik dan ditemukan di hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, di mana mereka umumnya tumbuh sebagai cetakan pada permukaan substrat, sebagai akibat dari tekanan oksigen tinggi. Umumnya, jamur tumbuh pada substrat yang kaya karbon seperti monosakarida (seperti glukosa) dan polisakarida (seperti amilosa). Spesies Aspergillus adalah kontaminan yang umum makanan bertepung (seperti roti dan kentang), dan tumbuh di dalam atau pada banyak tanaman dan pohon.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1.    Metode pengecatan kuman yang kami lakukan dalam praktikum ada tiga, yaitu :
a.    Metode pengecatan Gram.
b.    Metode pengecatan Ziehl Nelseen.
c.    Metode pengecatan LPCB.
2.    Berdasarkan ketiga metode pengecatan dilakukan kemudian diamati pada mikroskop maka diperoleh hasil
a.    Pengacatan gram : kuman bulat bergerombol, bulat berantai, dan batang koma,berwarna ungu dan warna dasar merah
b.    Pengecatan Ziehl Nelseen : tidak ditemukan kuman
c.    Pengacatan LPCB : kuman berbentuk bulat bertangkai ,berwarna hijau dan warna
dasar biru


B. SARAN
1.      Seharusnya mikroskop yang disediakan untuk praktikum pengecatan kuman ini jumlahnya sesuai dengan jumlah praktikan yang ada, sehingga praktikan dapat mengamati hasil praktikum dengan baik dan benar .
2.      Praktikan harus cuci tangan setelah praktikum selesai, agar kuman tidak terbawa pulang.
  
DAFTAR PUSTAKA

Harr, Robert.R. 1995. Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Jakarta ; EGC.

Strohl, William A,  Rouse,H,  Fisher, BD,  2001, Lippincott’s Illustrated Reviews: Microbiology, Lippincott William & Wilkins, USA

Presscot, Lansing M,dkk. 2005. Microbiology. Diakses dari books.google.co.id. Diakses pada tanggal 24 Mei 2012.

Cappuccino, J. G. & Natalie. S. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. Addison-Wesley Publishing Company, New York.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Waluyo, L . 2007 . Mikrobiologi Umum . Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang

Sutedjo, M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Nirwati, Hera. 2001. Pembuatan preparat dan pengecatan dalam petunjuk praktikum mikrobiologi Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta. 
Next
Previous
Click here for Comments

0 comments: